Minggu, 21 November 2010

Sepi, dia ikut pergi...

Dear sepi,


Sepiku kini memutuskan untuk pergi, ya Tuhan, tak kusangka dia benar-benar melepasku, disaat aku sudah terpati dengannya. Jangan datang lagi, karena jika kau kembali, hati ini akan semakin terasa perih, tersayat pilu.
Semalam, saat di berkata bahwa kesimpulannya adalah untuk melepasku, dan menjadikanku seseorang yang tak berharga lagi baginya, aku tak tahu harus menjawab apa karena dia seperti tidak membutuhkan jawaban apapun.


Sepi, kini aku patah hati, entah untuk yang kesekian kalinya, aku terjatuh dan tersungkur,

Jumat, 12 November 2010

apa yang harus aku lakukan?

Kini aku dihadapkan pada satu pilihan yang tak bisa kujawab. kurasa tak ada pilihan lain karena aku tidak melihat peluang lain selain 'ya' atau 'tidak bisa'. Atau memang aku belum mendapat pilihan lain yang tidak menghadapkan aku pada posisi yang terbalik, bahwa aku yang harus memutuskan. Aku berharap Tuhan memberiku 1 lagi, setidaknya 1 kesadaran untuk tetap berada dijalanNya tanpa aku harus meninggalkan keyakinan yang kumiliki. Memang benar kata-kata 'Tuhan Memang Satu, Kita Yang Berbeda'. lalu apa yang bisa dipersalahkan dalam kondisi dan situasi sulit seperti ini? Seseorang berkata kepadaku, lebih baik memilih Penyelamatku, yang telah bersedia mengorbankan nyawanya untukku daripada orang yang kucintai, yang justru mengharuskanku mengorbankan diriku sendiri untuknya.

Senin, 08 November 2010

Ceritaku Pada Sepi

Saat-saat seperti ini, aku merindukan kehadiran sepiku sendiri...
Disini, didalam sini, ramai melingkupi...
Aku benci situasi seperi ini...
Saat-saat transisi untuk menemukan dan menentukan mana dan siapa yang benar-benar ditunjukkan dihadapanku kini...


Tenangkan hati, redakan emosi,, tetap bersabar jalani hari,,,