Jumat, 25 Maret 2011

Senja I

Senja,

Dear Senjaku, sore ini kulihat dirimu kelam. Keindahanmu tak terpancar dimataku. Kilaumu yang biasa pantulkan bias cahaya matahari tertutup oleh awan kelam yang berarak menutupi sang langit. Kurasakan hembusan udara dingin dengan kuat menerpa tubuhku. Mendung telah menutupi cantikmu dari pandangan mataku. Kemanakah engkau hei Senja?

Aku merindukanmu, Senjaku. Tapi mengapa sekarang seolah mendung yang kelabu yang mengikutiku selalu? Aku tahu kemanapun aku pergi saat ini, malamlah yang menyongsongku. Langit gelap sudah mulai menaungiku untuk habiskan malam tanpa bintang. Senjaku, jangan tinggalkan aku terlalu lama. Karena aku tidak mampu menerima transisi sebegitu cepatnya, tak ubahnya siang menjelang malam, dimana kehadiranmu mulai terabaikan. Begitu besar pengharapanku padamu mengalahkan segalanya yang kupunya dalam hidup. Padamu

Selasa, 22 Maret 2011

Haii... Tinkerbell




Inilah sosok yang kucari dan kusuka. Tahukah kalian tentang Tinkerbell? Tinkerbell adalah peri yang ada di cerita PeterPan. (Setahuku) Dia adalah peri yang sangat setia kawan. Dimanapun Peterpan berada, sebesar apapun kesalahan PeterPan, dia tetap memaafkannya. Aku ingin menjadi seperti Tinkerbell dimata orangtua dan semua teman-temanku. Hmm,, bukan hal yang mudah bukan? Tapi patut dicoba. Senang juga bukan rasanya memaafkan dan menjadi seseorang yang selalu ada dimanapun dibutuhkan. Menjadi kepercayaan dan selalu membantu tanpa pamrih, tanpa meminta balasan akan apa yang sudah kita berikan. Dimulai dari hal yang kecil saja, ikhlas. memberi senyum saja sudah bisa membuat orang lain bahagia.


Dimulai dengan senyum, aku merasakan, pernah dulu aku menjadi orang yang benar-benar tidak pernah peduli dalam hal apapun. Hanya ada aku dan sepiku. Entah yang kulakukan meyakiti hati orang lain, ataukah membuat orang kesal aku tidak peduli. Jika bertemu, sedang mood tidak baik, aku tidak memberikan sedikit senyum pada orang yang kutemui itu. Tapi hidup itu berjalan dan bergerak. Lambat laun kesadaran mulai menghampiriku. Ternyata ngga enak ya, dicuekin, dijutekin dan diberi ekspresi yang tidak mengenakkan hati. Sebagai manusia yang belajar kedewasaan aku mencoba untuk menginstropeksi diriku sendiri, apa yang aku lakukan sudah mirip Tinkerbell? Maksudku pemaaf dan pemberi kebahagiaan bagi orang lain. Yah, namanya juga mencoba, seburuk apapun hasilnya akan lebih baik daripada tidak menyadarinya sama sekali kalau itu buruk, bukan?


Dalam bekerja juga, pekerjaanku yah, bisa dibilang kurang menyenangkan, tapi jika kucoba untuk menikmatinya mungkin hasil yang kuterima juga tidak terlalu biasa-biasa saja untukku.
SEMANGAT DUWII!!!


Hehe....
Mungkin nanti jika ada orang yang membaca akan berkata, Wuideh, si Duwii mulai sadar, hehehehe...




Semoga bisa.


Marilah kita bersama-sama belajar menjadi manusia baru, manusia yang bisa memberi lebih banyak kebahagiaan pada orang lain..Yukk...

Sabtu, 19 Maret 2011

Confused

Sekarang, aku sangat dibingungkan oleh pilihan yang kubuat sendiri. Sepiku kini mengalami kecemburuan yang luar biasa hingga dia pun lebih memilih pergi dan melupakanku (lagi). Tidak akan kubiarkan itu terjadi. Walaupun aku menyadari sangat banyak perhatiannya yang kuacuhkan, cintanya yang kukesampingkan hanya untuk menuruti egoku yang sedemikian berkuasa diatas segala kehendakku. Begitu  jahatnya aku untuk tetap memaksanya tinggal padahal aku sudah mempunyai pilihan. Tapi tahukah dia bahwa alasanku untuk memaksanya tinggal adalah karena aku belum mantap tentang segala pilihan yang kujalani saat ini dan betapa aku masih sangat membutuhkan kehadirannya dalam hidupku. Dia bagian dari hidupku, sepi. Aku tidak mampu membayangkan bagaimana hidupku jika dia pergi.

Kesadaran yang kudapati saat ini sudah terlanjur, dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan karena jawaban semua orang yang kuceritakan selalu sama : sudah terlanjur. Aku ingin sekali memilih sepiku yang diam. Dia yang tanpa kusadari kehadirannya kini sudah benar-benar mengisi hidupku. Tapi bagaimana ini? Aku sudah mengambil keputusan. Bisakah kutarik lagi kata-kata "AKU MAU" itu dari hadapannya? Tidak bisa kubayangkan betapa akan hancurnya hatinya yang sudah terlanjur berbahagia karena aku menerimanya, lebih memilihnya dan berniat menjalani dengannya. Apa yang harus aku lakukan kini jika aku tetap menjalani yang satu? Sementara sisi hatiku yang lain sudah terlanjur juga dimiliki dan kuserahkan tanpa kusadari pada sepiku yang diam dan selalu ikhlas menerima apapun keputusanku?

Terlalu banyak pertanyaan yang sukar dijawab. Dan akupun bingung pada siapa aku bisa bertanya dan mendapat jawaban yang bijak mengenai apa yang kurasa. Karena dari sekian banyak orang yang kujumpai, mereka menjawab, IKUTILAH KATA HATIMU


Sepi, kali ini aku butuh bantuanmu...