Senja,
Dear Senjaku, sore ini kulihat dirimu kelam. Keindahanmu tak terpancar dimataku. Kilaumu yang biasa pantulkan bias cahaya matahari tertutup oleh awan kelam yang berarak menutupi sang langit. Kurasakan hembusan udara dingin dengan kuat menerpa tubuhku. Mendung telah menutupi cantikmu dari pandangan mataku. Kemanakah engkau hei Senja?
Aku merindukanmu, Senjaku. Tapi mengapa sekarang seolah mendung yang kelabu yang mengikutiku selalu? Aku tahu kemanapun aku pergi saat ini, malamlah yang menyongsongku. Langit gelap sudah mulai menaungiku untuk habiskan malam tanpa bintang. Senjaku, jangan tinggalkan aku terlalu lama. Karena aku tidak mampu menerima transisi sebegitu cepatnya, tak ubahnya siang menjelang malam, dimana kehadiranmu mulai terabaikan. Begitu besar pengharapanku padamu mengalahkan segalanya yang kupunya dalam hidup. Padamu